Dari kaki lima hingga mancanegara, ini kisah sukses kebab baba rafi

Dari kaki lima hingga mancanegara, ini kisah sukses kebab baba rafi

Play all audios:

Loading...

JAKARTA, IDN TIMES – Mendirikan bisnis hingga menjadi besar bukanlah perkara mudah untuk dilakukan. Jalannya pasti berliku dan ada banyak sekali tantangan di dalamnya. Hal itu juga yang


dialami oleh Hendy Setiono, pemilik Baba Rafi Group. Selama menjalani bisnis, ia mengaku banyak menemui tantangan hingga mengalami krisis sebanyak empat kali dan hampir bangkrut. Berikut


kisahnya.  _BACA JUGA: KISAH SUKSES BISNIS TANAMAN HINGGA OMZET JUTAAN BERMODAL AWAL PLASTIK_ 1. BERAWAL DARI GEROBAK KINI ADA DI 10 NEGARA Pendiri dan pemilik Kebab Baba Rafi Hendy Setiono


Kepada _IDN Times_, Hendy menceritakan naik turunnya perjalanan bisnis kebab miliknya. Dia mengaku mendapat ide jualan kebab dari perjalanan mengunjungi orangtuanya di Timur Tengah itu.


Kebab Baba Rafi kini, sudah memiliki lebih dari 1.300 gerai di 10 negara. Namun siapa sangka, sebelum bisnisnya bisa mencapai ke luar negeri, Hendy dulu berjualan sendiri dengan gerobak dan


mangkal di pinggir jalan. “Dengan modal awal Rp4 juta, saya mendirikan gerai pertama saya berbentuk gerobak, yang alhamdulillah ternyata berjalan cukup bagus, mendapat respons positif.


Hingga akhirnya, saya membuka cabang kedua, cabang ketiga, dan akhirnya mulai saya _franchise_-kan dan bersyukur sekarang telah berjalan selama 17 tahun dan beroperasi sebanyak 1.300 gerai


di 10 negara,” terang Hendy.  2. MENGALAMI KRISIS BERKALI-KALI Kebab Baba Rafi Sebagai pemilik waralaba _(franchise)_ nomor satu, Hendy mengaku perjalanan bisnisnya tidak mulus-mulus saja.


Ia kini sedang mengalami krisis keempat dalam bisnisnya akibat pandemik.  Namun demikian, Hendy yang merupakan ayah (baba) dari anak bernama Rafi itu, mengaku semua tantangan yang dihadapi


tidak membuatnya ingin menyerah menjalankan bisnis. “Jadi memang adanya pandemik nggak bisa dimungkiri banyak kondisi yang harus disesuaikan. Beberapa store kami juga tentu ada yang harus


kita tutup di mall. Gak boleh lagi beroperasi 24 jam karena PSBB. Kemudian store yang berbentuk ruko juga nggak boleh _dine-in_. Jadi ya ada penyesuaian,” katanya. “Namun kita bersyukur


dengan adanya online, ini justru bisa mempertahankan bisnis kita dan kita bisa _survive_ di kondisi sekarang. Jadi ya kalau saya boleh bersyukur, di tahun 2020 ini kita dalam posisi


_survive_ menghadapi krisis keempat yang kami pribadi alami,” tambahnya. 3. NEGARA TEMPAT BISNIS KEBAB BABA RAFI BERADA Kebab Baba Rafi Sebelum membuka cabang ke-10 di India, bisnis Kebab


Baba Rafi telah berdiri di sembilan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok, dan Belanda, satu-satunya negara di luar Asia. Lanjutkan


membaca artikel di bawah EDITOR’S PICKS Ia menceritakan bahwa membuka bisnis di tiap negara memiliki tantangan masing-masing. Misalnya seperti rumitnya perizinan yang harus ditempuh hingga


sulitnya mencari _partner_ yang tepat. “Jadi pasti tidak lepas dari perizinan, standarisasi, kemudian tidak lepas dari rules lokal yang harus kita patuhi sebelum membuka usaha. Berbeda


dengan di Indonesia yang umumnya kita bisa membuka usaha dulu baru mengurus perizinan,” katanya. Di negara-negara maju yang sudah berkembang seperti Belanda, kata Hendy, yang terjadi adalah


sebaliknya. "Kita harus memenuhi dulu semua syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah lokal, baru kita bisa membuka usahanya, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” lanjut pria


kelahiran Surabaya tersebut. Lebih lanjut, ia mengatakan tantangan lain yang harus dihadapi termasuk kondisi pasar yang berbeda di tiap negara. Di kawasan Asia, menurutnya, pasar masih


didominasi oleh generasi muda atau millennial sehingga lebih konsumtif dibandingkan dengan Eropa yang pasarnya sudah berusia tua. "Sehingga relatif lebih tidak konsumtif dibandingkan


daya beli di Asia. Sehingga kalau boleh memilih, sebenarnya daya beli terbesarnya masih, terbanyak di daya beli yang populasinya negara-negara yang banyak penduduknya. Seperti India,


Indonesia, Bangladesh ini masih menjadi incaran kami yang utama,” jelasnya. _BACA JUGA: KISAH KEBUN BINAR BUMI, MERINTIS BISNIS TANAMAN RAIH OMZET RP100 JUTA_ 4. TARGET BUKA 100 GERAI DI


INDIA Kebab Baba Rafi Hendy menceritakan bahwa membuka cabang baru di India bukan hal yang mudah. Ia sempat harus menunda pembukaan cabang dari target pertengahan tahun menjadi ke akhir


tahun akibat pandemik. Namun demikian, ia mengatakan tetap optimis pada penjualan di negara itu dan menargetkan membuka 100 gerai di India saja. “Jadi dengan dimulainya dari kota Kolkata,


mudah-mudahan bisa merambah ke kota-kota lain di seluruh India dan kami menargetkan untuk membuka 100 cabang, InsyaAllah cabang Baba Rafi di seluruh wilayah India dalam kurun waktu 2 tahun


ke depan,” ujarnya. 5. SASAR BERBAGAI SEGMEN PEMBELI Pendiri Kebab Baba Rafi Hendy Setiono (Instagram.com/kebabbabarafi) Hendy mengatakan dirinya terus mencoba berinovasi untuk dapat


mempertahankan bisnisnya. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan menggaet _influencer_ dan tokoh-tokoh ternama untuk menarik pembeli, utamanya kaum millennial. Ia juga mengatakan bahwa


untuk menjangkau pembeli di semua kelas ekonomi, ia telah menyediakan tiga segmen kebab. Kebab Turki Baba Rafi untuk segmen kelas menengah ke bawah, Container Kebab sebagai kategori


menengah, dan merek Dikebabin yang digarap bersama selebgram Okin, untuk kategori premium. Selain harga, yang berbeda dari tiap segmen adalah itu adalah menu, variasi, tampilan outlet dan


jenis produknya. "Jadi di saat mencari harga yang paling terjangkau tentu ada di Kebab Turki Baba Rafi. Saat mencari yang kekinian, ada di Container Kebab Baba Rafi. Misalnya mencari


yang premium dan berkualitas, dari bahan baku dan produk, itu bisa dijumpai di Dikebabin sehingga konsumen bisa memilih sesuai dengan segmentasi produknya masing-masing,” tambah Hendy. _BACA


JUGA: MENENGOK KISAH SUKSES MELEWATI KRISIS ALA SIDO MUNCUL _