Play all audios:
08 Feb 2021, 17:46 WIB Albert Camus via lavanguardia.com Albert Camus adalah seorang filsuf absurdis dari Prancis yang hidup di abad ke-20. Dalam karya-karyanya, seperti "Orang
Asing" dan "Mitos Sisifus," ia membentuk pemikiran filosofis yang menghubungkan absurdisme ke dalam kehidupan manusia. Lewat pemikirannya, Camus menggambarkan dunia ini
sebagai sesuatu yang absurd atau tanpa makna. Namun, meski tidak bermakna, ia menganjurkan agar kita terus optimis dalam mengatasi kondisi yang absurd tersebut. Ada banyak pelajaran yang
bisa kita ambil dari pemikirannya, di mana 5 di antaranya akan kita bahas di bawah ini. 1. KITA HARUS MERANGKUL HIDUP INI DENGAN OPTIMISME latercera.com Sebagai seorang absurdis, sudah pasti
kalau Camus percaya akan keabsurdan dunia ini. Dia menjelaskannya dalam sebuah kutipan, "Makna literal dari hidup adalah apa pun yang harus kita lakukan agar tidak melakukan bunuh
diri." Meski kutipannya terlihat suram, Camus sebenarnya adalah seorang filsuf yang sangat optimis. Bahkan, dia menyukai hal-hal baik dan bagus dalam hidup, yang terlihat dari citra,
pakaian, dan gayanya. Camus dikenal sebagai orang yang ramah, dan mungkin akan "menyombongkan diri" karena dirinya juga cukup populer di kalangan wanita. 2. KITA HARUS MENCIPTAKAN
KEBAHAGIAAN KITA SENDIRI homoliteratus.com Camus sangat mendukung pemberdayaan diri sendiri. Dalam Mitos Sisifus, Camus mendorong kita untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Tak
masalah jika kita tidak menemukan makna hidup yang sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain. Toh pada akhirnya, kita tidak akan pernah cocok dengan harapan mereka. Menurut Camus, kita
harus menjadi "Pahlawan Absurd" dan membuat kebahagiaan versi kita sendiri, walau hal itu tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga, pasangan, atau teman kita. Pengejaran akan
kebahagiaan ini juga diungkapkan Camus dalam bukunya, Mati Bahagia: > _"Yang terpenting adalah keinginan untuk berbahagia, dan kau harus > selalu sadar akan keinginanmu itu.
Sisanya—perempuan, karya seni, > dan keberhasilan duniawi—hanyalah dalih untuk berbahagia. Sebuah > kanvas untuk lukisan kita."_ 3. PERSPEKTIF ADALAH SEGALANYA welt.de Dalam
kesuramannya, Camus tetap mempertahankan secercah cahaya melalui optimisme. Meskipun tak bermakna, kita harus tetap menghadapi kehidupan ini dengan senyuman. Baginya, semua hal di kehidupan
ini hanyalah masalah perspektif. Dalam karya-karyanya, Camus menawarkan pemikiran yang positif sambil terus merangkul aspek negatif dalam hidup, yakni absurditas duniawi. Sebuah keseimbangan
yang harmonis, bukan? 4. PENERIMAAN ADALAH KUNCI newyorker.com Camus mengusulkan tiga opsi untuk mengatasi absurditas duniawi, yakni bunuh diri, melakukan lompatan keyakinan, atau menerima
semuanya dengan tangan terbuka. Untuk bunuh diri sendiri, Camus menganggapnya sebagai pelarian yang tidak rasional. Dengan tegas ia menolak bunuh diri sebagai solusi yang layak untuk
mengatasi dunia yang absurd. Hal yang sama juga ia ungkapkan pada lompatan keyakinan. Baginya, itu sama saja seperti bunuh diri filosofis, sebuah pelarian metafisik dari absurditas duniawi.
Satu-satunya cara yang ia benarkan adalah penerimaan sepenuhnya terhadap kondisi dunia yang absurd. Dengan menerimanya, kita dapat memupuk kebebasan kita sendiri tanpa harus terikat dengan
penilaian orang-orang di sekitar kita. Singkatnya, penerimaan adalah inti dari pemikiran absurdisme Camus untuk menjalani hidup ini dengan sepenuhnya. 5. KITA BEBAS UNTUK MEMILIH JALAN HIDUP
KITA SENDIRI newyorker.com Poin ini akan dijelaskan dengan kisah hidup Camus sendiri. Pada 4 Januari 1960, saat ia berusia 46 tahun, Camus meninggal dalam kecelakaan mobil di Villeblevin,
Prancis. Meski kecelakaan itu adalah sebuah tragedi, ada hikmah yang bisa kita ambil darinya. Di hari itu, Camus dan temannya, Michel Gallimard, berniat untuk kembali ke Paris. Gallimard,
yang meninggal lima hari setelah kecelakaan tersebut, awalnya menyarankan Camus untuk naik kereta dengan istrinya, Francine, dan kedua putrinya. Namun, Camus menolak dan lebih memilih untuk
naik mobil bersama Gallimard. Pada saat kematiannya, polisi menemukan satu karcis kereta api di dalam sakunya, yang ia batalkan beberapa menit sebelum kereta itu berangkat. Lewat
tindakannya, Camus memberi tahu kita kalau manusia bebas untuk memilih jalannya sendiri. Bagi Camus, kita semua memiliki kendali untuk membuat pilihan kita sendiri. Selama masih hidup, kita
memiliki kesempatan untuk terus menikmati kehidupan ini dengan cara kita sendiri. Camus mengajarkan kita kalau hidup itu layak untuk dijalani dan diterima apa adanya. Meskipun sulit, kita
harus merangkul keabsurdan duniawi dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Lewat pemikirannya, Camus juga mendorong kita untuk tampil berani dalam menghadapi dunia ini. This article is
written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality,
credibility, and trustworthiness.