73 persen millennial di dunia anggap kesehatan mental isu penting

73 persen millennial di dunia anggap kesehatan mental isu penting

Play all audios:

Loading...

JAKARTA, IDN TIMES - Tercatat 73 persen millennial beranggapan kesehatan mental sama pentingnya seperti air, makanan, dan tempat tinggal. Data ini diambil dari millennials yang ada di 15


negara. Dalam sebuah survei yang dilakukan International Committee of the Red Cross (ICRC) tahun lalu, ditemukanlah bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan air, makanan dan tempat


tinggal bagi para korban perang dan korban kekerasan bersenjata. 1. SURVEI DILAKUKAN TERHADAP 15.000 ORANG Dok. IDN Times Data diperoleh dari survei Ipos yang dilaksanakan ICRC dan dirilis 8


Oktober 2019. Survei diadakan terhadap lebih dari 15.000 orang yang berusia di antara 20 hingga 35 tahun. Data menunjukkan adanya peningkatan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental


utamanya dalam situasi konflik. Sedikitnya 73 persen responden tercatat memiliki pemikiran tersebut. 2. INDONESIA MENDUDUKI PERINGKAT KEDUA SOAL KEPEDULIAN TERHADAP KESEHATAN MENTAL


freepik.com/spukkato Dari 15 negara yang menjadi tempat survei dilakukan, dukungan paling tinggi untuk kesehatan mental dari generasi millennial datang dari Suriah di mana 87 persen dari


1.000 responden menyatakan kebutuhan kesehatan mental sama pentingnya dengan air, makanan, dan tempat berlindung bagi para korban konflik bersenjata. Negara tertinggi kedua adalah Indonesia


dengan angka 82 persen, disusul Ukraina dengan angka 81 persen, dan Swiss dengan angka 80 persen. _BACA JUGA: GANGUAN KEJIWAAN APA YANG KAMU MILIKI? CARI TAHU LEWAT KUIS INI!_ 3. PERANG


MEMILIKI DAMPAK BURUK BAGI KESEHATAN MENTAL pixabay.com/janeb13 Lanjutkan membaca artikel di bawah EDITOR’S PICKS Presiden ICRC, Peter Maurer mengatakan layanan kesehatan mental sudah


terlalu lama menjadi pertimbangan dalam situasi konflik. "Saat trauma tidak terlihat, mereka dapat dengan mudah diabaikan atau belum menjadi prioritas," kata Peter. Ia juga


mengatakan perang memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental dan juga bagi kesejahteraan psikososial jutaan orang. "Masalah kesehatan mental yang baru bisa timbul, dan kondisi yang


sebelumnya sudah ada dapat muncul kembali. Untuk beberapa kasus efeknya akan mengancam jiwa," kata dia lagi. _BACA JUGA: 5 HAL KECIL YANG MENGANCAM KESEHATAN MENTALMU, KAMU BERHAK


BAHAGIA_ 4. BERAGAM BENTUK GANGGUAN KESEHATAN MENTAL DI LOKASI KONFLIK Aksi perusakan dan pembakaran kantor Bupati Keerom, Papua oleh massa yang tidak Lulus CPNS (Dok. Humas Polda Papua)


Sedikitnya ICRC mencatat satu dari lima orang di daerah terdampak konflik harus bertahan hidup dengan beberapa kondisi kesehatan mental. Mulai dari depresi ringan, gangguan kecemasan, hingga


stres akibat trauma. Angka ini dinilai tiga kali lebih banyak dibanding populasi umum penderita gangguan kesehatan mental tersebut di seluruh dunia. Kesehatan mental dan kebutuhan


psikososial dari orang-orang yang terjebak dalam konflik harus menjadi perhatian terkait kesehatan mental di seluruh dunia. 5. IMBAUAN DALAM RANGKA HARI KESEHATAN MENTAL SEDUNIA


unsplash.com/Dan Meyers Peter mengatakan, mendukung kesehatan mental seseorang dapat menyelamatkan nyawa di masa perang dan juga kekerasan. Hal ini diumpamakannya seperti luka. "Sama


seperti membendung luka pendarahan atau memiliki air bersih. Luka yang tersembunyi tidak kalah berbahaya,” kata Peter. Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia pekan ini, ICRC


menyerukan kepada semua Negara untuk memprioritaskan kesehatan mental dan dukungan psikososial. Utamanya dalam situasi kekerasan dan konflik bersenjata. Hal ini dianggap sebagai hal penting


bagi bantuan kemanusiaan dan sebagai komponen integral dalam rumah tangga dan sistem tanggap darurat internasional. _BACA JUGA: DINAS KESEHATAN: 4.000 ORANG ALAMI GANGGUAN JIWA DI TANGERANG 


_