Cuan dari keringat di lapangan, begini kisah sukses ceo startup gelora

Cuan dari keringat di lapangan, begini kisah sukses ceo startup gelora

Play all audios:

Loading...

JAKARTA, IDN TIMES - Setiap pengusaha pasti memiliki kisah di balik upayanya mendirikan sebuah bisnis terlebih _startup_ yang basisnya adalah teknologi digital. Lika-liku sebelum bisnisnya


dikenal orang banyak bisa menjadi pelajaran bagi siapapun yang hendak memulai untuk menjadi pengusaha atau menjalankan bisnis. Tak terkecuali terjadi pada diri Dibyanta Satari, yang akrab


disapa Diby, seorang Chief Executive Officer (CEO) sebuah _startup_ di bidang olahraga bernama gelora.id yang menjadi tamu dalam bincang-bincang Startup Series dengan _IDN Times_ beberapa


waktu lalu. Seperti apa kisah sukses seorang Dibyanta Satari? Berikut ulasannya. 1. BERDASARKAN MASALAH YANG SERING DITEMUI Ilustrasi Sepak Bola (IDN Times/Mardya Shakti) Sebagian orang


kerap sulit menentukan ide bisnis bagi perusahaan atau _startup_-nya. Kadang kala semangat untuk menjalankan bisnis tak sejalan dengan mudahnya mencari ide bisnis. Namun, hal berbeda


dirasakan Diby yang justru mendapatkan ide bisnis dari permasalahan sehari-hari saat menjalankan aktivitas berolahraga. "Gelora.id ini awalnya pada 2016 didirikan sebagai komunitas


untuk mengumpulkan orang buat main bola bareng. Jadi itu problem yang saya dan co-founder, kami bertiga ketika selesai kuliah dan masuk dunia kerja kesusahan mencari teman untuk


berolahraga," ungkap Diby kepada _IDN Times_. _BACA JUGA: KISAH 'JUNGLE BOY' MERAWAT DAN MEMBANGUN BISNIS TANAMAN_ 2. BERAWAL DARI SITUS TEAMMATES.CO DI TAHUN 2016 CEO


Gelora.id, Dibyanta Satari (Linkedin.com/dibyanta satari) Bagi Diby, permasalahan tersebut tidak akan mendapatkan solusi jika dia dan kedua rekannya tak mengambil tindakan. Kemudian, pada


2016 Diby dan kedua rekannya tersebut bersepakat untuk membuat sebuah situs yang berisi jadwal bermain sepak bola baik dari individu maupun komunitas. Situsnya kala itu diberi nama


teammates.co. "Ini kami (bertiga) _organize_ sendiri, _website_ juga bikin sendiri tanpa ngeluarin duit, nggak nge-_hire_ siapapun karena memang co-founder saya yang buat


_website_-nya," ucap Diby. Kala itu, lanjut Diby, situs tersebut dibuat hanya sebagai bisnis sampingan lantaran dia dan kedua rekannya masih memiliki pekerjaan masing-masing. Hingga


pada suatu saat, anggota komunitas yang dibentuknya sudah mencapai 2.000 orang lebih. Dari situ, Diby kemudian yakin membentuk sebuah bisnis _startup_ yang lebih serius lagi di bidang


olahraga. "Ini artinya _demand_ ada, jumlah orang yang ingin bermain sepak bola di Indonesia banyak. Kemudian, akhirnya kami lihat berikutnya apa nih agar ini bisa dijadikan bisnis


sampai kemudian kami mengeluarkan solusi untuk _online booking_ bagi pemilik fasilitas olahraga," ungkapnya. Masalah mencari teman untuk berolahraga bersama dianggap Diby telah selesai


dan masalah berikutnya yang muncul adalah kesulitan untuk bisa memesan atau _booking_ fasilitas olahraga. "Kemudian masalah berikutnya adalah cari lapangannya karena itu cukup sulit


karena harus cek satu-satu, belum lagi lapangannya udah _full_ jadi informasi yang tepat terkait ketersediaan jadwal lapangan itu nggak transparan. Nah itu sih yang waktu itu mau kami


tekel," papar dia. 3. GELORA.ID RESMI TERBENTUK PADA 2019 gelora.id/Halaman depan situs gelora.id Selama kurang lebih dua tahun Diby dan kedua rekannya sebagai co-founder menentukan


model bisnis yang tepat dan pada akhirnya gelora.id benar-benar terbentuk pada 2019. "Kami berkembang di 2018 dan akhirnya bikin yang namanya gelora.id dengan _value preposition_ kami


adalah akses cepat_ online booking_ ke fasilitas olahraga dan kemudian pada 2019 akhirnya gelora.id _officially launching_," tuturnya. 4. TANTANGAN MEMPERKENALKAN BRAND DAN PRODUK


gelora.id/Logo gelora.id Setelah resmi meluncurkan brand Gelora dengan fokus pada situs gelora.id, Diby kemudian berusaha menambah kerja sama dengan _venue_ atau fasilitas olahraga di


beberapa wilayah seperti Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang. Namun, laiknya sebuah merek baru, Diby mengalami kesulitan untuk memperkenalkan jasa dan produk gelora.id kepada para pemilik


fasilitas olahraga. "Ya jadi mungkin salah satu challenge yang saya rasakan adalah dalam memperkenalkan produk dan brand kami karena kami sendiri kan menyasarnya pada awal-awal


pembentukan Gelora adalah para pemilik fasilitas olahraga," terang Diby. Kesulitan yang paling dirasakan Diby pada saat memperkenalkan gelora.id ke para pemilik olahraga adalah


menjelaskan model bisnis gelora.id itu sendiri. Diby bercerita bahwa meski teknologi dan digitalisasi sudah begitu masif saat ini, masih banyak pengelola fasilitas olahraga yang masih _old


school_ alias belum memahami kemudahan yang coba ditawarkannya melalui gelora.id. "Kami menawarkan solusi berupa _software_ manajemen fasilitas olahraga di mana pemilik atau pengelola


ini bisa mendigitalisasikan fasilitasnya dan mengaksesnya secara _online_. _Challenge_-nya adalah tentu memperkenalkan produk karena bisa dibilang _market_ fasilitas olahraga ini sudah cukup


lama ada," jelasnya. 5. TIDAK MENYERAH SAAT DIHADAPKAN DENGAN TANTANGAN IDN Times/Doni Hermawan Segala kesulitan yang didapat dalam memperkenalkan produk dan jasa gelora.id ke para


pemilik fasilitas olahraga tidak lantas membuat Diby menyerah. Dia sadar bahwa sebagai bisnis baru, gelora.id harus bisa menjadi solusi atas permasalahan yang sekiranya dirasakan oleh para


pemilik fasilitas olahraga. "Sebagai bisnis baru adalah bagaimana kami bisa memposisikan solusi kami cocok dengan kebutuhan yang ada di market atau istilahnya _product market fit_ lah.


Ya jadi kemudian kami banyak interaksi untuk segala perubahan dan inovasi yang memang dilakukan _based on_ target konsumen kita _which is_ para pemilik fasilitas olahraga," tutur Diby.


6. BAGAIMANA GELORA.ID MENGHASILKAN REVENUE? Ilustrasi Uang Rupiah (IDN Times/Hana Adi Perdana) Lanjutkan membaca artikel di bawah EDITOR’S PICKS Sebuah bisnis pada akhirnya dibuat untuk


menghasilkan revenue alias keuntungan. Tak terkecuali dengan gelora.id yang saat ini baru memiliki sembilan orang karyawan termasuk Diby selaku CEO. Berdasarkan model bisnis yang dia buat,


gelora.id dalam praktiknya menawarkan penggunaan perangkat lunak yang memiliki cost atau biaya yang harus dibayarkan. Dengan begitu, dua hal ini dijadikan Diby sebagai sumber keuntungan bagi


gelora.id. "Jadi kami sekarang kerja sama dengan lapangan, ketika ada _booking_-an terjadi itu menjadi komisi buat kita sesuai dengan common business modelnya. Terus juga kita membikin


program-program yang _generate revenue_ dari aktivitas-aktivitas yang dibuat oleh member atau kami sendiri karena _as a market place_ kami menawarkan _venue_ kepada _customer_," ungkap


Diby. _BACA JUGA: INGIN BISNIS SUKSES DI PASAR INDONESIA? INI TIPSNYA!_ 7. RIBUAN MEMBER DAN PULUHAN FASILITAS OLAHRAGA ilustrasi olahraga di gym (IDN Times/Mardya Shakti) Kerja keras yang


dilakukan Diby membuat gelora.id saat ini telah dikenal banyak orang di Jabodetabek dan sekitarnya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun setelah resmi didirikan. Diby mengakui bahwa


saat ini gelora.id telah memiliki belasan ribu _member_ atau anggota aktif dan puluhan fasilitas olahraga yang bisa di-_booking_ oleh para _member_ tersebut. Adapun target konsumen yang coba


diakuisisi oleh Diby melalui gelora.id adalah pekerja kantoran dengan usia 20-an awal hingga 30-an akhir menjelang 40. Menurut Diby, target market tersebut sesuai dengan tujuan awal


dibentuknya gelora.id sebab mereka pasti mengalami kesulitan untuk bisa berolahraga di tengah aktivitasnya yang padat. "Kalau kita sekarang member di angka 12.500 orang itu dari peminat


berbagai olah raga mulai dari sepak bola, basket, badminton, tenis, golf, dan lain sebagainya yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, sedangkan venue kami sudah


bekerja sama dengan 96 fasilitas olahraga," kata Diby. Namun, lanjut Diby, adanya pandemik COVID-19 sejak awal 2020 silam, jumlah fasilitas olahraga yang bermitra dengan gelora.id


berkurang cukup drastis lantaran ada yang tutup secara sementara maupun permanen. "Kemudian karena pandemi kemarin ada yang tutup permanen, ada yang tutup semi permanen mungkin sekarang


ada di kisaran 40-an yang aktif. Kami juga akan tetap terus menambah kerja sama fasilitas olahraga selama Maret ini," ungkap dia. 8. STRATEGI DI TENGAH PANDEMIK COVID-19 Seorang warga


yang tidak mengenakan masker melintas, di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus corona (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat) Berkaitan dengan pandemik COVID-19, Diby juga menjadi


salah satu pelaku usaha yang cukup terpukul lantaran aktivitas olah raga pada saat itu minim sekali imbas pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan kota penyangga


sekitarnya. Kondisi tersebut memaksa Diby untuk memutar otaknya agar gelora.id bisa tetap hadir, setidaknya bagi para anggotanya sendiri. Singkat cerita, Diby dan timnya menemukan strategi


baru guna membuat gelora.id tetap bertahan di tengah pandemik COVID-19. "COVID-19 memang jadi _challenge_ tersendiri buat semua pelaku usaha olahraga dan pada akhirnya yang kami lakukan


adalah memperkenalkan Gelora e-Sports. Jadi waktu itu kita mencoba menawarkan solusi bagi teman-teman yang tidak bisa berolahraga untuk melampiaskan hasratnya mereka itu di e-Sports atau


olahraga virtual," papar dia. Diby menuturkan bahwa kala itu gelora.id menciptakan aktivitas-aktivitas permainan e-Sports seperti Pro Evolution Soccer (PES), Mobile Legend, dan beberapa


mobile games terkenal lainnya. Hasilnya, strategi tersebut memunculkan antusiasme cukup tinggi baik dari member baru atau lama dalam mengikuti aktivitas e-Sports yang dibuat oleh gelora.id.


Selain itu, dengan strategi e-Sports tersebut, pandemik COVID-19 justru menjadi berkah alias _blessing in disguise_ bagi gelora.id. "Yang terjadi adalah ternyata banyak klien-klien


korporasi yang _reach out_ ke kita minta kita bikin turnamen dan turnamen itu kita yang fasilitasi, kita rinci, dan kita _organize_. Itu sih salah satu strategi yang kami jalanin dan


ternyata berhasil di kami," ujar Diby. Tak heran jika kemudian e-Sports ini menjadi lini bisnis baru bagi gelora.id dengan fokus menjadi penyedia turnamen sesuai dengan permintaan


klien-klien korporasi. Di sisi lain, Diby juga tetap memperhatikan para pemilik fasilitas olahraga. Caranya adalah dengan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada mereka lewat situs


gelora.id. "Kami juga bantu mereka, kami perbarui produknya, kami refresh lagi websitenya, terus juga kami bantu mereka untuk tetap bisa menyalurkan informasi ketika mereka buka, karena


begitu PSBB selesai mereka buka jadi lapangan bisa di-_booking_ lagi lewat kami sehingga mereka lebih cepat dapat pelanggan dan tempatnya ramai lagi," katanya. 9. TARGET DI MASA DEPAN


Ilustrasi startup (IDN Times/Umi Kalsum) Laiknya sebuah bisnis pada umumnya, Diby pun telah mencanangkan target bagi gelora.id di masa depan. Salah satunya adalah dengan peluncuran aplikasi


gelora.id. Meski menjadi target perusahaan, Diby tidak buru-buru untuk bisa meluncurkan aplikasi tersebut. Menurut dia, saat ini situs gelora.id masih bisa jadi garda terdepan model bisnis


yang dia usung. "_As long as_ model bisnis masih bisa dimainkan dengan website, maka aplikasi mungkin akan jadi pilihan kedua, tapi kita tetap punya rencana untuk mengeluarkan aplikasi


ya mudah-mudahan tahun ini bisa launching aplikasi itu," terang dia. Selain aplikasi, Diby juga bertekad untuk memperluas pasar atau jangkauan gelora.id yang saat ini masih sebatas


Jabodetabek. "Untuk ekspansi pasti ya tentunya di kota-kota yang memang fasilitas olahraganya lengkap. Kalau saya dulu kan kuliah di Bandung, jadi inginnya sih (ekspansi) ke Bandung,


semoga ada kesempatan, doakan saja," katanya. Adapun target tahun ini yang coba diraih oleh Diby bersama gelora.id adalah menambah kerja sama ke sejumlah fasilitas olahraga dan para


penyedia jasa olahraga seperti pelatih, instruktur, dan lainnya. Diby yakin bahwa dengan manajemen fasilitas dan aktivitas yang dimiliki gelora.id, target meraih banyak kerja sama dengan


fasilitas olahraga dan penyedia jasa olahraga tahun ini bisa tercapai. "Kalau bicara angka inginnya sebanyak-banyaknya fasilitas dan sebanyak-banyaknya penyedia jasa olahraga, mungkin


di kisaran total 1.000 atau mungkin lebih, tapi at least itu yang ingin kami coba raih tahun ini," tutur Diby. _BACA JUGA: KISAH SUKSES PRIA SINGAPURA DIRIKAN BISNIS KESEHATAN DI


INDONESIA_