Play all audios:
Cahaya matahari punya peran dalam produksi vitamin D dalam tubuh. Sehingga pemenuhan kebutuhan vitamin D kerap kali hanya difokuskan pada paparan sinar matahari. Jika kurang terkena paparan
sinar matahari maka akan berisiko besar kekurangan vitamin D. Jadi tidak heran ada pandangan bahwa Muslimah yang berjilbab berisiko kekurangan vitamin D. Untuk melihat seberapa besar peranan
pakaian terutama jilbab “menghalangi” produksi vitamin D dalam tubuh, perlu dilihat bagaimana proses pembentukan vitamin tersebut. Perlu juga memeriksa penelitian empiris terkait dengan
masalah ini. Banyak riset telah mengungkap terjadinya kekurangan vitamin D secara global, lintas etnis, jenis kelamin, dan di berbagai belahan dunia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
memakai pakaian tertutup bukan faktor risiko kekurangan vitamin D yang berdiri sendiri. Perilaku masyarakat modern seperti menghindari makanan berlemak, selalu beraktivitas dalam ruangan
yang jauh dari paparan cahaya matahari, dan citra kulit gelap yang jelek sehingga sangat ketakutan terhadap cahaya matahari, termasuk pemakaian _sun-block_ yang berlebihan, juga menjadi
faktor risiko kekurangan vitamin D. MODEL PAKAIAN DAN KEKURANGAN VITAMIN D Pakaian yang menutupi seluruh badan bisa mengurangi paparan cahaya matahari terhadap kulit, sehingga memungkinkan
terjadinya risiko kurang vitamin D. Berbagai studi menyebutkan adanya kaitan antara pakaian yang menutup seluruh badan dengan kekurangan vitamin D. Akan tetapi analisis mendalam menunjukkan
bahwa keterkaitan antara model (bentuk) pakaian dan kekurangan vitamin D terjadi secara kompleks yang melibatkan aspek perilaku lainnya. Model pakaian yang menjadi faktor risiko kekurangan
vitamin D tidak berdiri sendiri. Riset di Jerman, Malaysia, Yordania, dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa mereka yang berpakaian menutupi seluruh tubuh yang mengalami kekurangan vitamin D
adalah mereka yang sangat menghindari paparan cahaya matahari dalam kesehariannya. Berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa model pakaian atau berhijab bukan yang menjadi penyebab utama
kekurangan vitamin D, tapi penyebab utamanya adalah perilaku yang menjauhi paparan dengan cahaya matahari. Di samping itu, berbagai studi dan rekomendasi kesehatan menunjukkan bahwa sinar
untraviolet B (UV-B) dari cahaya matahari masih dapat menembus pakaian tipis meskipun dengan intensitas yang sedikit menurun. Artinya kebutuhan cahaya matahari masih dapat terpenuhi dengan
pakaian yang tidak tebal dan selama tidak menghindari lingkungan luar yang terpapar cahaya matahari. PERANAN UV Pembentukan vitamin D aktif melalui proses yang kompleks. Salah satu yang
berperan adalah ultraviolet-B (UV-B) dari cahaya matahari. Orang yang kekurangan paparan cahaya matahari berisiko kekurangan vitramin D. Sumber vitamin D awal berasal dari makanan dalam
bentuk _7-dehidrokalsiferol_ atau yang lebih dikenal sebagai prekursor (calon) vitamin D. Vitamin D ini bersifat larut dalam lemak, sehingga sumber-sumber makanan yang mengandungnya adalah
makanan yang juga sebagai sumber asam lemak tubuh, seperti telur, ikan, daging dan kacang-kacangan. Jumlah prekursor vitamin D yang dikonsumsi akan berbanding lurus dengan konsumsi lemak
seseorang. Begitu juga dengan proses pencernaan dan penyerapannnya, yang beriringan dengan proses pencernaan dan penyerapan lemak. Ada peranan asam empedu dan enzim-enzim yang berperan pada
pencernaan lemak tersebut. Setelah melalui proses percernaan dan penyerapan, sumber vitamin D yang dikonsumsi akan dibawa ke seluruh tubuh. Jika sampai pada permukaan kulit,
_7-dehidrokalsiferol_ akan diubah menjadi vitamin D atau _kalsiferol_ oleh sel-sel keratinosit, dengan bantuan UV-B cahaya matahari. Semakin lama seseorang terpapar cahaya matahari semakin
banyak pula proses pembentukan vitamin D tersebut. Semakin banyak kulit yang terbuka, semakin banyak pula vitamin D yang terbentuk. Kebutuhan cahaya matahari untuk sintesis vitamin D dapat
terpenuhi dengan waktu paparan selama rata-rata 10-15 menit saja sehari dalam 3-4 kali semingggu. _Kalsiferol_ yang terbentuk pada kulit, juga belum merupakan vitamin D aktif. Ia akan
ditranspor ke hati dan diubah menjadi _kalsifediol_. Lalu ditranspor lagi ke sel-sel jaringan ginjal dan diubah menjadi _25-hidroksikalsiferiol-D3_ atau kalsitrol. Kalsitrol inilah yang
merupakan vitamin aktif dalam metabolisme kalsium dan fosfat dan membantu kestabilan kekebalan tubuh. DAMPAK KURANG VITAMIN D Vitamin D berfungsi dalam penyerapan kalsium dan fosfat untuk
pembentukan tulang yang kuat dan keseimbangan proses kekebalan tubuh. Bila terjadi kekurangan vitamin D akan berdampak pada pembentukan tulang yang tidak sempurna. Jika kekurangan vitamin
terjadi pada usia dini atau anak-anak dapat terjadi riketsia (kelainan bentuk tulang) dan _ostemolasia_ (kerapuhan tulang). Tulang yang rapuh dengan trauma yang ringan saja dapat mudah
terjadi patah tulang. Pertumbuhan tulang yang tidak sempurna pada anak ini bisa terlihat tungkai yang seperti “X” atau “O”. Begitu juga pada usia dewasa, kekurangan vitamin D akan cepatnya
terjadi osteoporosis, yang dapat terjadi pada usia yang lebih dini. FAKTOR RISIKO KEKURANGAN VITAMIN D Kekurangan vitamin D dapat terjadi akibat gangguan salah satu rantai produksinya. Mulai
dari asupan makanan, pencernaan dan absorbsi, paparan cahaya matahari, gangguan hati dan ginjal. Risiko kekurangan vitamin D pada masyarakat dapat bermula dari rendahnya asupan prekursor
vitamin D yang terdapat pada sumber-sumber makanan berlemak dan mengandung kolesterol. Ketakutan berlebihan terhadap kolesterol dan lemak sehingga sangat membatasi makanan tersebut sekaligus
berdampak terhadap defisiensi vitamin D. Inilah risiko utama yang terjadi pada masyarakat modern saat ini. Akibat ketakutan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, lalu menghindari
makanan-makanan sumber lemak, yang dapat menjadi faktor kurangnya vitamin-vitamin terlarut dalam lemak, termasuk vitamin D. Begitu juga halnya dengan penyakit-penyakit yang terkait dengan
sistem organ yang terkait dengan produksi vitamin D. Sumbatan batu empedu yang menyebabkan terganggunya produksi asam empedu ke dalam saluran cerna dan gangguan penyerapan lemak, sekaligus
akan menyebabkan terganggunya penyerapan vitamin D dalam saluran cerna. Kekurangan paparan cahaya matahari jelas menjadi faktor risiko kekurangan vitamin D. Makin sedikit waktu terpapar
cahaya matahari makin berisiko kurangnya produksi vitamin D. Begitu juga makin kurangnya paparan cahaya matahari ke kulit, makin rendah produksi vitamin D. Semua ini merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya kekurangan vitamin D di tubuh. Tapi melihat adanya faktor-faktor lain (perilaku menghindari paparan cahaya matahari dan pola makan) yang bisa menyebabkan kekurangan
vitamin D, saya katakan dengan jelas bahwa berjilbab tidak menjadi faktor risiko kekurangan vitamin D yang utama.